Welcome to my blog! Let's talk and share about Anime, J-Pop, Game, etc! Don't forget to leave your comment or share my post! Enjoy it ~(^o^~)(~^o^)~

7/05/2011

~ Reunion ~ By. Ichiiserenade

Ada sebuah hutan di mana seorang anak kecil tinggal di sana bersama para hewan yang setia menemaninya setiap waktu. Ya, anak kecil itu minggat dari rumah dan tidak memiliki teman sama sekali. Makanya, dia hanya bisa berteman dengan hewan-hewan di hutan, dan ketika manusia datang untuk membawanya pulang ke rumah aslinya, ia pasti menjawab, “Inilah rumahku! Kau tidak mengerti!”. Dan suatu ketika, saat matahari pagi sudah muncul, ia bangun dan segera mencari beberapa bahan untuk ia makan. Ia terus berjalan ke pelosok hutan untuk mencari ranting kering dan bahan makanan. Tiba-tiba, muncullah seekor rusa yang indah mendekati gadis kecil itu. Lalu si gadis kecil itu mengelus rusa yang jinak itu sambil berkata, “Wah, kau indah sekali, bulumu halus, tandukmu indah! Maukah kau berteman denganku, rusa?”. Rusa itu hanya memandang wajah gadis kecil itu. “Kenapa? Kamu nggak mau berteman denganku?”, tanya si gadis kecil. Saat itu juga, terdengar sebuah bunyi pistol di hutan, dan rusa itu kabur dengan cepatnya meninggalkan gadis kecil itu. Gadis kecil itu kebingungan mau berlari ke arah mana. Tiba-tiba, ia menemukan seorang pemburu rusa.

“Eh? Kenapa ada anak kecil di sini?”, tanya pemburu sambil mendekati si gadis kecil.

“Siapa kamu?! Jangan-jangan kau mau membawaku pulang lagi ya?!”

“Eh? Maksudnya apa? Dan kenapa kamu ada di sini?”

“Itu bukan urusanmu!”. Si pemburu lalu tertawa kecil dan bertanya, “Ya ampun, hei kau, siapa namamu?”. Si gadis kecil itu hanya memandang si pemburu dengan sinis. “Ayolah, jangan memandangku seperti itu, nanti kamu kutembak lho!”, “Namaku Shara! Aku lari dari rumah karena orang tuaku selalu bertindak menyebalkan! Aku benci orang tuaku!”

“Lho.. Lho… Nggak boleh lho membenci orang tua yang sudah merawat kita sejak kecil! Nanti kamu kena karma lho?”, ancam si pemburu kepada Shara si gadis kecil. Shara hanya terdiam. “Hahaha, oke, jangan takut, aku tak akan membawamu pulang kalau kau benar-benar nggak mau. Namaku Tsukasa, aku sering berburu di sini! Boleh aku menemanimu?”. Tak disangka, ada yang mau berteman dengan Shara. Shara hanya terkejut dan bertanya, “Kenapa kau mau berteman dengan orang yang nggak benar seperti aku?”. Lalu Tsukasa tertawa dan mengusap-usap kepala Shara sambil menjawab, “Karena sepertinya, kau butuh teman yang sesungguhnya, bukan hewan, tapi manusia… Hehehe!”. Akhirnya SHara pun mempercayainya dan berjalan bersamanya sepanjang hutan.

“Eh, kamu sudah makan belum?”

“Memangnya kenapa?”

“Aku lapar….”. Shara hanya memandang Tsukasa dan mengundangnya ke rumah. “Tapi kita mau makan apa di sini?”, tanya Tsukasa kepada Shara. “Ya ampun, bawel diem aja! Aku masih ada persediaan makanan!”, jawab Shara marah. Tsukasa hanya tersenyum. Sesampainya di rumah Shara, banyak hewan-hewan berkumpul dan kaget ketika melihat seorang pemburu datang bersama teman baik mereka, Shara. Secara otomatis, semua hewan di sana geram dan mencoba mengusir si pemburu. “Tenang semuanya! Dia tidak akan memburu kalian!”, kata Shara agar teman-temannya itu terdiam. Tsukasa hanya memandang hewan-hewan yang mencoba mengusirnya. Lalu Tsukasa mendekati Shara dan menepuk pundaknya. “Tak apa, aku akan mencari makanan sendiri…”, kata Tsukasa lalu pergi meninggalkan Shara. Shara hanya memandangnya dengan bingung. “Kalian, kenapa kalian menusirnya?”, tanya Shara kepada para hewan yang tadi mengusir Tsukasa.

‘Karena dia adalah pemburu!’

‘Ya! Kami benci pemburu! Dia akan membunuh kami dan dijadikan makanan!’

“Tapi dia baik! Percayalah kepadaku, teman-teman!”, kata Shara mencoba agar teman-temannya itu tidak membencinya. ‘Kau mau kami semua hilang dari hutan ini?’, tanya seekor burung merpati. Shara hanya memandangi mereka dan segera pergi menemui Tsukasa. Di sebuah tempat, ia berjumpa dengan Tsukasa. “Lho? Kamu nggak main sama mereka?”, tanya Tsukasa. “Tidak… Mereka tak mempercayaiku…”, jawab Shara sambil duduk di sebelah Tsukasa. Tsukasa hanya tersenyum konyol. “Sana kau main saja, aku taka pa-apa di sini!”

“Dulu aku punya seorang kakak yang sangat baik sekali…”

“Eh?”

“Dia menyukai hewan dan selalu mencintai hewan yang ada di sekitarnya. Tapi, sekarang kakakku menghilang entah ke mana… Aku ingin sekali bertemu dengannya! Tapi, jika aku mencarinya di kota juga percuma… Aku lupa nama kakak… Dia mirip sekali denganmu, sifat konyolmu itu…”, kata Shara menceritakan tentang kakaknya. “Mungkin kakakmu ada di suatu tempat dan dia pasti sangat merindukanmu!”, kata Tsukasa sambil melihat langit. Shara hanya terdiam. Malam pun mewarnai hutan itu. Keadaan di hutan sangatlah gelap. Tak ada lampu seperti di kota, hanya ada satu lampu di rumah kecil Shara. Shara hanya sendirian di rumahnya, karena Tsukasa sudah pulang dari perburuannya. Tiba-tiba terdengar pintu rumahnya diketuk. Dibukanya pintu itu dan… SLAP! Shara tidak bisa melakukan apapun dan hanya bisa meronta kepada 2 orang pemburu yang mencoba membawa Shara ke tempat orang tuanya. “TOLOONG! AKU TIDAK MAU PULANG!!!”, ronta Shara kepada kedua pemburu yang menculiknya itu. Lalu kedua pemburu itu mendorong Shara hingga jatuh. “Orang tuamu membayar kami lebih! Jadi jangan macam-macam kau!”, kata salah satu pemburu itu. Shara kaget dan bertanya, “Maksudmu apa?!”. Lalu salah satu pemburu itu menunjukkan sebuah kertas pencarian dan menyinarinya dengan lampu senter. Dicari : Seorang anak kecil bernama Shara Rangrioff, keberadaannya ada di hutan yang paling luas di daerah ini. Jika menemukannya, harap membawanya pulang ke rumah kami, kami akan membayar kalian dengan 100.000.000 Dollar.

Shara hanya terdiam sambil melihat kertas itu dan meronta lagi. “IDIOT! KALIAN SEMUA IDIOT!! HEY KAMU ORANG IDIOT! KEMBALIKAN AKU!”, teriak Shara sambil menangis. “Kau tak akan bisa kembali ke hutan ini!”. Lalu kedua pemburu itu memasukkan Shara ke dalam mobil yang mereka bawa dan segera menuju rumah orang tua Shara. Tidak ada yang bisa menolong Shara di malam-malam seperti itu, ia hanya pasrah… Ketika tiba di rumah orang tuanya. Orang tuanya lalu muncul sambil membawa tas koper berisi uang dollar yang dijanjikan. “Terima kasih atas kerja kalian yang baik, dan sesuai janjiku…”, Ayah Shara meletakkan koper di atas meja dan membukanya. Banyak sekali uang dollar yang ada di dalamnya. Shara terkejut melihat uang yang begitu banyak. “Ayah… Kenapa Ayah seperti ini?! Aku benci Ayah! Kembalikan aku!”, teriak Shara dengan kesal. “Shara! Diam kamu!”, kata Ayah Shara dengan keras. Shara hanya terdiam sambil menahan tangis.

Paginya, Tsukasa mengetuk pintu rumah Shara dan kebingungan karena Shara tidak membukakan pintunya. Dan seekor burung merpati datang dan menjelaskan bahwa Shara tadi malam telah diculik dan dibawa pulang ke rumah orang tuanya. Dengan segera Tsukasa pergi ke rumah orang tuanya bersama si merpati. Pagi itu juga di rumah orang tua Shara yang besar itu, Shara hanya menatap langit di luar ditemani oleh Ibunya. “Shara, kamu kenapa? Seharusnya kau bahagia bisa tinggal sama orang tuamu lagi…”

“Apanya yang bahagia?! Justru aku disia-sia di sini! Aku ingin pulang ke hutan!”

“Kenapa kamu seperti itu, Shara?! Lancang sekali kau…”

“AKU INGIN KE HUTAN!”. Dengan segera Shara berlari ke gerbang dan mencoba memanjat gerbang itu. Tetapi ia dicegah oleh Ibunya. “LEPASKAAANN!!!”, teriak Shara meronta ketika ia dicegah oleh Ibunya. “Kenapa?! Kenapa kau ingin sekali kembali, Shara?!”, tanya Ibunya dengan sedih. “Karena… KARENA AKU INGIN BERTEMU KAK TSUKASA!”, jawab Shara dengan keras. Ibunya terkejut mendengar kata ‘Tsukasa’ yang diucapkan Shara.

Tiba-tiba…

“Shara!!! Sharaa!!!”

“KAK TSUKASA!!!! LEPASKAN AKU! TOLONG!”

“Tsukasa?!”. Tsukasa berhenti berlari ketika melihat Ibu Shara. Shara terus meminta tolong kepada Tsukasa. Tetapi Tsukasa tidak dapat berkutik. Ibu Shara langsung mendekati Tsukasa. “Kamu… Tsukasa?”, tanya Ibu Shara. Tsukasa hanya menganggukkan kepala. Shara terdiam kebingungan. “Kak Tsukasa! Bawa aku kembali!”, teriak Shara. Lalu Tsukasa membawa Shara pergi dan Ibu Shara pun hanya bisa berteriak dari halaman rumah. Lalu Tsukasa menengok ke belakang dan berbisik, “Maafkan aku… Ibu…”.

Tibalah ia di hutan, si merpati yang menjadi teman Shara pun terbang ke atas kepala Shara dan mengucapkan selamat datang kepada Shara dan Tsukasa. “Kak Tsukasa, terima kasih ya!”, kata Shara lalu tersenyum ke arah Tsukasa. Tetapi Tsukasa hanya menunduk dengan wajah sedih. “Kak?”, “Sepertinya kita harus kembali, Shara…”

“Kenapa? Kau ingin melihatku disiksa sama Ayah dan Ibuku ya?”

“Bukannya begitu…”

“Lalu?”. Tsukasa hanya terdiam dan duduk di sebuah kayu yang sudah tua. “Aku baru tahu… Kamu adalah Shara Rangrioff…”, jawab Tsukasa. Lalu Shara mendekati Tsukasa dengan bingung. “Lalu kenapa kalau aku Shara Rangrioff?”, tanya Shara penasaran.

“Aku… Aku adalah.. Perkenalkan, aku adalah Tsukasa Rangrioff alias… Kakakmu…”

Shara langsung terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Tsukasa adalah kakaknya. “Bohong! Kau pasti berbohong!”, “Tidak… Aku serius, Shara! Ayo kembali ke rumah!”. Langsung saja Tsukasa menyeret Shara dan Shara mencoba menolak ajakan kakaknya itu. “Ibumu mengkhawatirkanmu! Sungguh!”, kata Tsukasa mencoba membuatnya mau pulang ke rumah. “Nggak! Aku ingin di sini! Kenapa kakak sama saja dengan orang tuaku?! Keras kepala!”

“Justru kamu yang keras kepala!”

“…”. Suasana hening, hanya ada suara angin yang meniup pepohonan hingga bergoyang dengan luwesnya. “Ayah dan Ibumu sudah berbeda pastinya! Mereka pasti tidak akan melakukan itu, jika mereka masih melakukan itu, aku yang akan bicara dengan mereka…”, kata Tsukasa, “Ayo, kau akan tinggal bersama kakak…”, lanjut Tsukasa.

“Kalau kau bisa… Kau harus coba membujuk Ibu dan Ayah agar dia tidak melakukan hal yang sama seperti saat aku kecil!”

“Hmm… Okedeh! Percayakan pada kakakmu ini!”. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah orang tua mereka. Sebelum pulang, Shara harus berpamitan kepada teman-teman hutannya dan berjanji akan kembali untuk bermain bersama mereka lagi setiap saat.

Di rumah Ayah dan Ibu mereka…

“Ayah! Ibu! Aku di sini!”

“Shara! Kau ke…”

“Ibu, Ayah… Aku pulang….”. Semua terkejut melihat Tsukasa bersama Shara. “Tsukasa… Kenapa kau ada di sini?”, tanya Ayahnya. “Ya, aku sedang berlibur, tapi aku bingung alamat Ibu dan Ayah, jadi… Maaf jika aku tidak bilang-bilang…”, jawab Tsukasa dengan santai. Lalu Shara mendekati Tsukasa dan berbisik, “Ayo lakukan, kak!”.

“Sebenarnya, Shara berniat kembali ke sini dengan satu syarat… Maukah kalian mendengarkannya?”, tanya Tsukasa. Ayah dan Ibunya hanya menganggukkan kepala. “Bisakah kalian tidak menyakiti Shara lagi? Agar dia betah tinggal di rumah lagi! Dan ijinkan dia bermain bersama teman-temannya lagi di hutan… Aku mohon…”, lanjut Tsukasa menjelaskan maksud syarat tadi. Lalu Ayah dan Ibunya tertawa dan saling memandang., “Maafkan Ibu dan Ayah ya Shara, selama ini kau tidak betah karena kami sering memarahimu, Ibu dan Ayah janji… Tidak akan membuatmu menderita seperti itu, dan jangan kabur ke hutan lagi ya! Bukan maksudnya kami melarang kamu ke hutan, kau boleh ke sana, tapi kau harus tetap pulang ke rumah, oke?”

“Yaaa!!!”

Dengan demikian, akhirnya mereka berkumpul dan menjadi keluarga yang berbahagia. Keesokan harinya, Tsukasa harus pulang ke Jepang karena kuliahnya sudah akan dimulai lagi. Shara merasa sedih akan ditinggalkan kakaknya lagi. “Shara, kalau mau, kau telpon saja kakak ya! Kakak akan kembali di liburan mendatang kok! Santai saja, Shara juga harus baik-baik ya di sini! Salam buat teman-teman hutanmu!”, kata Tsukasa mencoba menghibur Shara yang sedang sedih itu. Lalu Shara berteriak dengan kencang, “IYA! TERIMA KASIH, KAK TSUKASA!”


Terima kasih sudah mau membaca ya! Di sini masih bersama Ichiiserenade lho! Itu adalah cerita yang aku buat bulan ini, jadi... Mohon kritik dan sarannya ya! 8D Maaf juga kalau ada salah ketik di situ, biasalaah saya ngetiknya cepet banget wwww~~~! Makasih sebelumnya! 8D Jaa! Matta ashita ne! *dissapear*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar