Title : I’m
Survive...
Genre :
Romance, Drama, Slice of Life
Rated : K+
Sinopsis :
Seirryon Lutheim, anak pertama dari Sierra Francesta dan Gerard Lutheim adalah
seorang anak yang memiliki badan yang lemah, ia sering diejek oleh
teman-temannya. Tetapi berkat adiknya, Elfraid Lutheim, ia merasa agak lega
karena telah ditolong oleh adiknya. Tetapi, suatu hari, terjadi hal yang
menyedihkan, dimana hari itu adalah malam sebelum hari ulang tahunnya yang ke-7
di musim dingin...
---
“Sei-kun!
Makananmu nanti dingin! Kalau kamu sakit bagaimana?”, “Hey! Kamu lagi ngapain
sih?!”
“Sebentar
saja kenapa...? Aku sibuk...”
“Huh! Kalau tidak ada orang sepertiku, kamu bakalan
nggak makan berhari-hari! Ini, kuletakkan di sini!” Semangkuk sup hangat
diletakkan di sebelah meja kerjaku di rumah, sangat cocok dengan cuaca sedingin
ini. Perut sudah mulai membuat orkestra seenaknya dan tugas belum juga kelar.
Daripada sakit, lebih baik aku makan terlebih dahulu. Istriku duduk di
sebelahku sambil melihat pekerjaanku yang sangat berantakan, sedangkan aku
makan perlahan.
“Tugas
negara sih ya... Jangan lupa jaga kondisimu! Kamu sakit aku repot,” celoteh
istriku sambil menguncir rambutnya yang hitam panjang. Aku tidak menjawabnya,
hanya terdiam sambil memasukkan satu sendok sup hangat buatannya ke dalam
mulutku. Sembari memakan sup itu, aku teringat akan sesuatu, suatu saat dimana
aku benar-benar hampir mati.
“Ngomong-ngomong...?
Apa kata dokter mengenai penyakitmu?”
“...
Asalkan jaga kondisi dan minum obat saja cukup.”
“Haah!
Jangan menggampangkan hal seperti itu! Penyakitmu itu parah!”
Ya,
dari kecil memang aku adalah orang paling penyakitan di keluargaku. Aku
terlahir dengan jantung yang lemah, sedangkan adikku Elfraid baik-baik saja.
Sempat ada rasa tidak adil dengan kondisiku dan kondisi Elfraid, tapi apa boleh
buat. Gara-gara penyakitku ini, waktu usiaku bertambah, aku hampir saja
kehilangan nyawaku. Masih sangat kuingat bagaimana rasanya hampir kehilangan
nyawa...
Saat
itu musim dingin, sama seperti sekarang ini. Aku tidak diijinkan bermain di
luar karena takutnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aku duduk terdiam
menatap keluar jendela, menatap anak-anak yang sedang menikmati liburan mereka
dengan salju. Tidak lama kemudian Elfraid datang dengan banyak salju di rambutnya
yang keemasan itu.
“Huh!
Dasar anak-anak payah! Kenapa mereka nggak pernah diam dan selalu
menjelek-jelekkan kakak sih?!” keluhnya sambil membersihkan salju yang berada
di kepalanya. Melihatnya begitu aku tertawa, ia langsung menatapku tajam sambil
bertanya, “Kenapa kakak tertawa?!”
“Eh-heehehe!
Kamu lucu sih!”
“H-huh?!
Aku nggak suka dibilang lucu!”
Segera
setelah membersihkan dirinya dari salju, ia duduk di sebelah ranjangku dan
menatap obat-obat yang seharusnya kuhabiskan saat itu.
“Loh,
kenapa kakak tidak menghabiskannya?”
“...
Aku sudah lelah dengan obat-obatan ini...” jawabku dengan wajah sedih. Elfraid
terus saja menatapku dengan tatapan inosennya. Langsung saja ia membuka
obat-obatan itu dan menyodorkannya ke arahku beserta segelas air putih hangat.
“Kalau
kakak sakit, semua repot! Minumlah! Biar kita bisa main sama-sama lagi!”
Mataku
terbelalak. Ada benarnya juga perkataannya. Aku langsung meminum obat-obatan
itu kemudian melirik ke arahnya, ia tersenyum senang melihatku meminum
obat-obat itu. Kenapa harus tersenyum seperti itu? Hanya minum obat, kok. Sama
sekali tidak menarik.
***
“Nah...
Sebentar lagi Sei-kun ulang tahun, mau dibelikan apa?” tanya ibuku dengan
senyum ramahnya kepadaku yang masih saja tiduran di ranjang. Aku berpikir panjang
sambil memainkan jari-jariku.
“A-Aku...
Aku ingin pergi keluar sana, bermain salju dengan teman-teman...”
Mendengar
jawabanku, wajah ibu langsung berubah menjadi sedih. Tidak bisa... Ya...?
Terkadang ini semua membuatku kesal dan muak. Begitu sembuh, kumat lagi. Aku
sampai bingung harus berapa obat yang kumakan setiap harinya? Aku tidak suka!
“Ah,
bukan berarti tidak bisa,” ujar ibu kepadaku, “tapi kamu harus sembuh total
dulu!” Aku benar-benar sudah lelah mendengar jawaban itu. Yang ada bukannya sembuh,
tetapi malah tambah parah!
Hari
ulang tahunku tinggal dua hari lagi, sedangkan aku masih belum bisa sembuh
total. Masih terbaring lemah di keranjang. Hari ini salju turun, Elfraid
memutuskan untuk tidak bermain dengan teman-teman lain di luar sana, ia
menemaniku di kamar. Berbincang bersama dan tertawa bersama. Tetapi, hal yang
paling tidak kuinginkan terjadi. Lagi-lagi, dadaku terasa sakit. Ini sangat
sakit.
“Kak?!
Kakak kenapa?!” Elfraid terlihat panik saat melihatku seperti itu.
“Ng-nggak
apa-apa k-kok.... Ahh!” Ini lebih parah dari biasanya, benar-benar sakit
sekali. Yang kubisa hanya memegang dadaku yang sakit sambil merintih kesakitan.
Elfraid langsung saja memanggil ibu dan ayah kemari.
“Seirryon?!
Kamu kenapa, nak?!” ibu panik.
“Aku
akan telepon rumah sakit!” ucap ayah berusaha mencari nomor rumah sakit.
“Hiks...
Kakaaakk....” dan Elfraid menangis.
Aku
masih hidup kok... Belum mati. Untuk apa kamu menangisiku seperti itu...?
Pandanganku mulai buyar, hitam putih, samar-samar. Aku tidak tahu mereka sedang
berbuat apa sekarang, yang kubisa hanya merintih sambil menangis.
***
Akhirnya
sup yang diberikan istriku habis. Terlihat istriku sedang mengantuk di meja
kerjaku. Aku langsung memberikannya selimut, tapi ia menolak.
“Nggak
apa-apa, aku haya menunggu mangkuk sup kosong!”
“...
Aku makan terlalu lama, ya...? Maaf.”
Terlihat
di luar sana, salju turun hari ini. Ini semua mengingatkanku kembali.
Kubersihkan jendela dengan tanganku dan melihat ke arah luar. Istriku sampai
bingung melihatku.
“Musim
seperti inilah, aku terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit.”
“Waktu
hari ulang tahunmu?”
“...
Ya... Aku benar-benar hampir mati saat itu. Bayangkan saja, kalau aku mati,
mungkin aku tidak akan bertemu denganmu---“, “Kemudian aku akan jadi forever alone.” Aku menoleh ke arah
istriku yang sedang membereskan mangkuk sup. Benar, mungkin dia akan sendirian
atau mungkin dia akan menikah dengan orang lain. Bukan denganku.
***
“Kakak,
besok ulang tahun kakak, aku akan membuat kakak senang! Janji! Cepat sembuh ya,
kak! Kutunggu besok!” terdengar suara Elfraid yang sedang berbicara denganku
yang tak sadarkan diri dan benar-benar tidak berdaya. Walaupun aku tidak
sadarkan diri, aku maih tetap bisa mendengar suara siapapun yang berada di
ruangan ini. Selama aku terbaring di sini, aku selalu mendapat cerita menarik
dari Elfraid. Ia bercerita mengenai suasana di luar sana. Entah teman-temanku
mengejekku lagi, entah Elfraid dilempari bola salju lagi, dan begitu banyak hal
menarik yang tak dapat kurasakan.
“Elfraid,
nanti lagi, kakak mau diobati dulu.” terdengar suara ibu.
Hei,
kalian mau kemana...? Kenapa kalian meninggalkanku? Jawab aku. Elfraid? Ibu?
Ayah? Kalian dimana? Di sini gelap... Untuk membuka mulut saja aku tidak bisa,
begitu juga menggerakkan anggota badanku. Aku takut... Tanpa kusadari, air
mataku mengalir. Uh? Untuk apa aku menangis? Aku bukan anak cengeng!
Malam
sebelum hari ulang tahunku, aku masih tak sadarkan diri. Kenapa mereka belum
pulang juga sih? Aku terus menunggu cerita-cerita lain di luar sana. Tiba-tiba
saja, sebuah suara membisikkanku sesuatu.
“Mungkin ini adalah malam terakhirmu?”
Eh?
Siapa itu... Siapa?! Apa maksudnya malam terakhir?! UGH!!
***
“Saat
itu, dimana sebuah bisikkan menyeramkan... Ia bilang, hari itu adalah malam
terakhirku,” kataku lalu duduk di depan istriku, “awalnya aku tidak percaya.
Tapi... Penyakit itu kambuh lagi, lebih parah dari sebelumnya. Lagi-lagi aku
hanya bisa merintih kesakitan, tidak berdaya, benar-benar tidak berdaya,”
lanjutku menceritakan kejadian itu.
Aku
hanya bisa merintih saja. Bahkan mendengar pun sulit. Entah kenapa, rasanya ada
sesuatu yang akan hilang dari tubuhku. Aku hanya bisa mendengar teriakan ibuku
dan Elfraid, mereka meneriakkan namaku berkali-kali. Apa yang akan terjadi?
Apakah aku akan mati? Oh, padahal aku belum bicara apapun untuk yang terakhir
kalinya. Hiks... Aku belum mau mati...
“Ini bukan yang terakhir kok, tenang saja!”
“Perlahan
mataku terbuka, masih dengan air mata yang mengalir. Kulihat ibuku dan Elfraid.
Heh, wajah mereka sudah dipenuhi air mata. Aku juga tidak tahu, tapi kejadian
itu... Benar-benar keajaiban. Akhirnya aku teradar, aku bisa menggerakkan
seluruh badanku. Haah... Gara-gara itu, aku menangis lagi saat itu, heh...”
Menceritakan itu semua, tanpa disadari sesuatu membasahi pipiku. Istriku
langsung mendekatiku dan mengusapnya dengan tangannya.
“Kemudian,
kamu menangis lagi sekarang? Dasar cengeng! Tapi beruntunglah kamu, karena kau
masih hidup sampai sekarang, kalau tidak, aku tidak---“
“Kalau
aku mati saat itu, aku tidak akan bertemu denganmu, tidak akan pernah merasakan
bagaimana rasanya jadi orang berusia 27 tahun,” celaku sambil sedikit
tersenyum. Langsung saja istriku tertawa geli.
“Lalu?
Apa yang kalian lakukan setelah itu?”
“Hmmm...
Akhirnya aku bisa jalan keluar saat itu. Merayakan ulang tahunku yang ke-7
bersama keluarga, yah... Seperti itulah. Happy ending,” lanjutku. Aku
benar-benar tidak menyangka masih hidup sampai hari ini. Walaupun terkadang
penyakitku sering sekali kumat, tidak apa-apa... Yang masih kucurigai adalah
satu, siapa yang berbisik padaku saat itu selagi di sana hanya ada aku...?
---
Dua inspirasi melekat di otak b(=w=)d btw maaf ya kalo yang ini agak gimana gitu, entah gara-gara muter lagu galau jadinya gini pfft--- (?) OC gue yang satu ini emang diceritakan lemah gitu badannya, beda dari adiknya. Walaupun begitu, dia ganteng loh #diinjekmassa and who's his wife? Yang tahu Seirryon pasti tau juga nama istrinya siapa, satu-satunya partnernya kalo gue nge-game, pasti bikin chara ceweknya namanya sama terus XD
Hati gue juga lagi melankolis kayaknya nih... Habis fangirling, terbitlah galau.
Oke, mungkin sekian dulu dariku deh... Selamat tengah malam~ << karena selesai bikinnya tengah malam
NB: kalo ada typo, mohon dimaafkan, bentar lg lebaran lho (?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar