Berkumandanglah takbiran diseluruh dunia. Dengan semangat yang fitri ini, mereka melakuka takbiran. Ada yang takbiran keliling menggunakan truk sampah dan hanya melakukan takbiran di tempat shalat ied saja.
Karena saat itu malam takbiran, personil Hey! Say! JUMP yang saat itu ada jadwal manggung di Indonesia dengan gembira merayakannya.
“MERDEKA!!”, teriak Yuto yang saat itu sedang mengunyah makan malamnya. Karena suaranya terdengar cempreng di telinga, dengan segera Yamada menyumpal mulut Yuto dengan daging olahan asli dari peternakan sapi di Majalengka (?). “Shut up! Ini bukan lagi semangat 17-an! Udah kemarin!”, kata Yamada membenarkan ucapan Yuto. “On no, lagi-lagi aku salah... MINAL AIDZIN WA---“, karena Yuto kembali berulah, Yamada langsung saja menyumpal mulut Yuto lagi dengan daging tadi. “Eh, udahan dong! Kasihan Yuto, nanti bibirnya dower!”, kata Chinen sambil menyantap sate ayam. “Bibirmuu doweeerr~~”, oh lagi-lagi... Yuto menunjukkan ke-autisannya itu sambil joget dan mulut penuh makanan. “JOROK!”, teriak Hikaru sambil pamer jidat.
Sesudah makan, mereka segera beristirahat untuk show besok. Pembagian kamar pun dilakukan. Dan hasilnya adalah: Chinen dan Yamada, Yabu dan Inoo, Keito dan Yuto, Ryu dan Hikaru, dan... Takaki forever alone...
“Kok aku sendiri, sih?!”, omel Takaki yang merasa kesepian itu.
“Cabalyups! Hidup itu susah!”, jawab Yabu dengan santainya.
“Yabu benar!”, kata Inoo yang sepertinya setuju dengan kekasihnya pasangannya itu. Dengan segera mereka tidur di kamar yang sudah ditentukan. Pagi harinya, yang pertama bangun adalah Takaki yang semalaman nggak bisa tidur itu. Karena semua masih terlelap, Takaki akhirnya mengambil toa masjid (?) dekat penginapan itu. Karena dia anak baik, Takaki meminta ijin ke pak Ustadz untuk meminjam toa masjid tersebut. “Hey! Say! JUMP bangun ayo bangun! Hey! Say! JUMP bangun!”, teriak Takaki yang menggunakan toa masjid untuk membangunkan mereka dengan gaya pedagang bakso keliling. CKLAK! Pintu kamar salah satu personil Hey! Say! JUMP terbuka dan keluarlah keito dengan wajah melas. Karena Takaki yang bergaya seperti pedagang bakso, Keito pun ngelindur sambil berkata, “Pesan bakso satu mangkuk, pedas, nggak pakai lama....” JLEB! Tertekanlah batin Takaki! Dengan segera ia menampar Keito untuk menyadarkannya. PLAK! Akhirnya Keito sadar juga. Dengan kesal Takaki berkata, “Kamu gitu ih...” sambil melangkah pergi ke masjid untuk mengembalikan toa yang ia pinjam. Keito hanya melongo bingung dengan wajah April Mop-nya.
Saat semua bangun, segeralah mereka menuju ke ruang makan untuk makan pagi. Tetapi hidangan kali ini berbeda dari biasanya, hidangan hari ini adalah opor ayam, ketupat, pisang goreng, dan sebagainya. “WAH! Menu Lebaran nih! Asyiiik!!”, dengan girang Yuto segera mengambil barisan paling depan mengambil sarapan. “Opor? Belum pernah aku coba!”, kata Ryu yang sedang membaca nama lauk dan segera mengambilnya. “Eh, aku ambilin ya opornya!”, kata Inoo kepada Yabu yang saat itu mendapat giliran terakhir antre. “Eh? Nggak usah! Biar aku saja!”, jawab Yabu malu-malu. “Nggak apalah ya? Ayolah... Lagi suasana lebaran nih...”, kata Inoo selaku istrinya Yabu yang memaksa Yabu untuk ia lakukan. Yabu malu-malu sambil menganggukka kepala.
“ITADAKIMASU!”, dengan kompak mereka menyantap sarapannya. Terasa sekali suasana lebaran di sana, tapi... Tampaklah juga wajah Takaki yang daritadi cemberut. Keito yang merasa bersalah berusaha meminta maaf kepada Takaki. Tapi, daritadi Takaki menolak permintaan maaf Keito. Melihat kejadian itu, Yuto, Hikaru, dan Yamada menghampiri mereka. “Ada apa, Takaki?”, tanya Hikaru bingung. “Keito rese ah...”, jawab Takaki. “Yaelah, kenapa sini cerita! Kita kan pren!”, kata Yamada dengan santainya. “Anu, tadi aku mau bangunin kalian pagi-pagi... Nah, Keito datang sambil ngelindur, ngejek aku tukang bakso gitu! Pesen bakso gitu!”, kata Takaki menceritakan kejadian tadi pagi.
“Oh mein gott.... Ternyata Cuma masalah kecil! Gini deh sekarang, di bulan ini.... Maksudku, hari ini hari apa?”, tanya Yamada dengan gaya seorang Ustadz.
“Hari Rabu...”
“Bukan, maksudku hari ini Idul Fitri kan?”
“Tuh udah tahu, masih aja nanya...”
“....”, dengan penuh kesabaran meladeni Takaki, Ustadz (?) Yamada pun berbicara, “Di hari ini, kita harus saling memaafkan! Dendam harus dihapuskan! Nggak boleh ada dendam di antara kita! Jadi, ayo bermaafan!”
“Tapi pak Ustadz...”
“Don’t call me Ustadz. I’m not Ustadz...”
“Wakarimashita... Keito, gomenasai!”, Takaki mengulurkan tangannya ke arah Keito. Dan akhirnya mereka saling bermaafan.
“Nah! Gini kan kekeluargaanya kerasa!”, kata Hikaru senang.
“Iya, btw... Oppa Johnny belum aku kirim SMS met Idul Fitri!”
“Eh, iya! Perwakilan aja deh! Yuto, kamu kan banyak pulsa, SMS-in ya?”
“Sippu!”
Inilah suasana lebaran Hey! Say! JUMP di Indonesia yang secara INI NGARANG. Bagaimana dengan kalian? Btw... Author mengucapkan...
MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar